Adakah Sukacita Dalam Peperangan?

Tresia Hoban
5 min readOct 15, 2023

--

Ditulis oleh : Tresia Hoban

Perang Hamas — Israel yang menewaskan 3.565 orang (CNBC Indonesia)

Ditulis oleh : Tresia Hoban

Perang Hamas-Israel, sebelum pergi kesana lebih jauh mari kita ingat konflik Pulau Rempang yang belum lama terjadi di negeri kita tercinta. Puluhan pelajar dan warga sipil jadi korban kericuhan akibat perebutan lahan. Hidup adalah rangkaian penderitaan.

Ini tulisan opini pribadi, saya mau menuliskan apa yang saya rasakan mengenai perang dan konflik ini. Sebagai manusia saya butuh wadah untuk berekspresi dan saya memilih Medium.

Konflik, dalam ilmu Sosiologi, ada ruang tersendiri untuk membahas tentang konflik. Sepertinya saat mendengar kata konflik, nuansa yang ada di benak kita adalah nuansa abu-abu, merah darah dan tidak menyenangkan. Konflik sendiri berasal dari kata ”configere” yang dalam bahasa latin artinya memukul. Untuk itu sebelum melangkah lebih jauh, mari kita membahas definisi Konflik menurut para ahli.

Pengertian Konflik Menurut Para Ahli

Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu keadaan pertentangan antara dua pihak untuk berusaha memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak lawan.

Sedangkan menurut Lewis A. Coser, konflik adalah perjuangan nilai atau tuntutan atas status dan merupakan bagian dari masyarakat yang akan selalu ada, sehingga apabila ada masyarakat maka akan muncul konflik.

Konflik adalah pertentangan yang disebabkan perbedaan tujuan,kepentingan, tata nilai, status dan berbagai faktor sosial lain. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya pertentangan antara satu pihak dan pihak lain. Pada dasarnya konflik adalah hal yang lumrah terjadi dalam suatu masyarakat. Dan konflik akan selalu ada selama masyarakat itu ada. Konflik adalah sesuatu yang abadi. Untuk itu konflik harus dapat dikendalikan. Tugas siapakah untuk mengendalikan konflik itu? Tentu saja tugas kita sebagai bagian dari masyarakat.

Konflik pada dasarnya tidak selalu berdampak buruk, namun pada dasarnya konflik yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan kerugian berkepanjangan juga. Dalam hal konflik Palestina-Israel, selain nyawa manusia yang banyak melayang akibat peperangan. Juga kerugian material dan dampak kerusakan kematian pada makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan. Bagaimanapun pada dasarnya penghuni bumi dan ciptaan Tuhan bukan hanya manusia.

Pandangan Pribadi Saya Tentang Perang Palestina-Israel.

Saya terlahir dari keluarga Katolik biasa, pada saat saya kelas 3 SD. Saya belajar untuk membaca alkitab. Kisah pertama yang saya baca di Alkitab adalah kisah kelahiran Yesus Kristus di Kitab Lukas.

Bagi saya saat itu Alkitab adalah sebuah buku cerita. Alkitab memang sangat menarik, dan mudah dimengerti. Proses penceritaan kisah dalam alkitab sangat jelas dan asyik untuk disimak.

Pada saat saya SMA, saya bersekolah di sekolah Kristen yang cukup ketat soal agama. Kami saat itu ditugaskan untuk membaca sampai tamat. Bagi saya bagian alkitab yang paling menarik adalah kitab perjanjian lama. Kisah dimulai sejak penciptaan dunia, asal usul bangsa Israel dari kisah awal mula nenek moyang hingga masa setelah pembuangan ke Babel.

Perjalanan bangsa Israel menuju Tanah perjanjian berlangsung sekitar 40 tahun menurut Alkitab. Setelah sampai ke Tanah perjanjian pun tidaklah semulus yang diharapkan. Bahkan dipercaya konfliknya terjadi hingga hari ini. Lantas bagaimana? Konflik ini sudah berjalan beratus-ratus abad bahkan sebelum jaman Kristus yang baru 22 abad.

Sejak saya kecil, yang saya ingat. Di televisi sering ada berita tentang peperangan. Itu kenangan saya saat masih belum sekolah. Betapa panjangnya, saat ini usia saya 33 tahun. Berapa banyak kerugian, nyawa dan kesedihan yang hilang dan muncul disana. Di tempat yang banyak orang percaya sebagai Tanah Perjanjian.

Ilustrasi peperangan (Pixabay/ ArsAdAstra)

Lantas bagaimana pandangan saya pribadi tentang perang Palestin — Israel?

Jujur saya benci hal ini. Karena pasti banyak orang yang mati, sakit dan tidak ditangani dengan baik. Selain itu pasti banyak hewan-hewan yang mati dan tumbuhan yang rusak bahkan mati disana.

Akhir-akhir ini saya berencana untuk masuk Buddhist, saya masih belajar tentang ajaran Sang Guru Agung Buddha. Alasan saya menyukai ajaran Guru Agung Buddha adalah karena beliau mengajarkan dan mengingatkan agar semua makhluk hidup berbahagia.

Ajaran Buddha bukanlah sekedar tentang karma baik dan karma buruk bagi saya. Hal yang menyentuh adalah, ajaran Sang Guru Agung adalah bagaimana saya membereskan hidup saya sendiri. Karena sumber permasalahan dan solusi ada dalam diri sendiri.

Dalam pikiran yang benar maka keputusan dan sikap hidup yang diambil pasti akan benar juga. Perang adalah bentuk pembiaran pada “Lobha, Dosa dan Moha.” Dimulai dari keserakahan, diikuti dengan kebencian dan ketidaktahuan. Keserakahan untuk mendapatkan wilayah baru, kebencian yang ditimbulkan karena keyakinan berlebihan, serta ketidaktahuan akan dampak berbahaya perang tersebut.

Terutama ketidaktahuan dari orang-orang yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan perang tersebut, namun membuat api semakin berkobar.

Pada hari ini, 21 Oktober 2023, karena tulisan ini saya buat bertahap. Ramai diberitakan seorang ayah asal Palestina membawa bungkusan plastik berisi potongan jasad anaknya. Yang tewas akibat keganasan perang. Ini lepas dari berita tersebut hoax atau kenyataan ini adalah sebuah ironi yang nyata. Selain itu ada pula berita rumah sakit yang di Gaza yang dibom sehingga menewaskan ratusan orang. Kekejian macam apalagi ini, padahal banyak orang yang pasti berlindung disana, serta para tim medis yang hectic dan kekurangan obat-obatan dan peralatan.

Ironi pedih yang sering saya lihat dalam film animasi Jepang berlatarkan Perang Dunia Kedua seperti Grave of the Fireflies, Giovanni Island, dan In This Corner of The World.

In This Corner Of The World Movie (2017)

Semua makhluk hidup berhak berbahagia, anak-anak berhak untuk hidup aman. Sesama umat beragama berhak untuk saling hidup berdampingan. Tapi dengan adanya perang ini, satu orang dan lainnya, ada yang saling sindir karena keyakinan.

Aku kadang membenci adanya surga dan neraka. Kadang karena mengejar surga yang belum tentu benar adanya, seseorang benar-benar membabi buta saat hidup di dunia. Bagaimana kalau kita mengasihi saja tapa memikirkan surga yang belum tentu menjadi milik kita itu?

Mengapa hidup di dunia ini banyak sekali penderitaannya. Di dunia kita mengalami dan melihat banyak sekali penderitaan. Dimulai dari penderitaan diri sendiri, penderitaan orang lain dan penderitaan makhluk hidup lain. Hidup sangat melelahkan, namun harus dijalani.

Bagaimana bisa menuju apa yang disebut surga dengan berlumuran darah. Apakah Tuhan sang Mahakasih itu adalah sosok yang suka berperang? Atau imaji kita sajakah kalau dalam peperangan ada Tuhan yang selalu mendukung.

Pengennya sih, ayo kita jadi manusia, lepas dari itu Palestina atau Israel, semuanya manusia. Ada pihak yang dikuasai Lobha, Dosa dan Moha sehingga tega mengorbankan banyak nyawa-nyawa tak bersalah selama ribuan Tahun. Kita adalah generasi manusia Indonesia yang kebetulan hidup di era surga. Damai, tidak mengalami kesulitan seperti orang-orang yang hidup di era sebelum tahun 70-an. Kita tidak pernah mengalami kesulitan perang, beras pun masih bisa makan. Sakit pun banyak fasilitas kesehatan yang di gratiskan pemerintah.

Kita hidup di surga, jadi berhentilah ikut membakar, karena pada dasarnya kita tidak pernah tau rasanya sebenarnya dan penderitaannya seperti apa. Berhentilah ikut membenci.

--

--