Menemukan Kembali Arti Hidup

Tresia Hoban
3 min readOct 24, 2023

--

Ditulis Oleh : Tresia Hoban

Rumpun kebun bambu di belakang rumah yang mengering karena kemarau 2023

Hari ini saya ingin mengabadikan kondisi kebun bambu di belakang rumah saya yang sedang kekeringan karena kemarau yang cukup panjang pada tahun 2023 ini. Selama hampir 27 tahun saya tinggal disini, baru kali ini kemarau panjang sekaligus kebakaran yang terjadi karena ketidaksengajaan membuat rumpun bambu yang usianya bisa dikatakan lebih tua dari saya ini menguning parah. Sekilas indah sekali, namun, bagaimana jika nantinya tidak tumbuh lagi?

Menemukan Kembali Arti Hidup di Kemarau 2023

Lapangan Rawa Butun yang kering karena kemarau, 23 Oktober 2023 (Iphone 4S)

Kemarau tahun ini cukup parah, air sumur kami bahkan kering, air dari PAM yang diberikan secara cuma-cuma dari PEMDA DKI pun mengalir cukup kecil. Dan tidak semua rumah mendapatkan aliran air, banyak warga yang mengangkut air dari rumah warga lain yang aliran PAM nya menyala. Untuk kebutuhan sehari-hari, kadang cukup miris, jika melihat memories instagram story tahun lalu, di tanggal yang sama saya sedang mengeluh karena hujan deras yang tidak kunjung berhenti. Tahun ini, bahkan pohon-pohon besar pun meranggas bahkan mati.

Di Ciketing Udik yang subur ini, saya bahkan hampir tidak pernah menemukan pohon mengaktifkan mode meranggas sekalipun saat musim kemarau. Baru tahun ini kemarau benar-benar parah. Petir yang terdengar beberapa hari lalu di sore hari dan mendung yang lewat pun, ternyata tidak menurunkan hujan di tanah air kami tercinta ini.

Kondisi kekeringan dan pasca kebakaran di Rawa Butun Ciketing Udik

Pemandangan pohon bambu yang menguning sebenarnya indah sekali. Seperti musim gugur di luar negeri. Namun sungguh miris karena jika mereka mati nanti bagaimana? Padahal mereka adalah penyedia tabungan air selama saya hidup disini, mereka juga adalah habitat burung-burung kecil dan hewan-hewan lain seperti serangga, garangan dan ular. Kasihan sekali jika hewan-hewan ini kehilangan habitat akibat matinya pohon-pohon bambu ini.

Mau tinggal dimana mereka disaat lahan-lahan kosong beralih fungsi menjadi rumah dan kontrakan. Benar juga kata Bayem Sore, “ Lo punya duit, lo punya kuasa.” Padahal pada dasarnya kehidupan bukan hanya milik manusia saja.

Pada akhirnya, sayalah yang harus lebih bijak. Bijak dalam menggunakan air, bijak dalam merawat tumbuhan di sekitar saya. Untuk pohon bambu ini, saya tidak dapat berbuat apa-apa. Hanya bisa berharap hujan cepat turun karena dinantikan oleh semua makhluk.

Pada akhirnya, kemarau 2023 ini jadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya. Saya menemukan arti kehidupan yang lebih banyak. Bahwa ternyata kerusakan lingkungan, pembangunan yang dianggap tidak akan berdampak pada lingkungan dan diabaikan selama ini. Ternyata sangat berdampak besar, lepas dari adanya El Nino. Lingkungan tetap harus dijaga. Mau menepi kemanapun rasanya tidak bisa. Dan rasanya mungkin akan sama saja, karena pesatnya pembangunan.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia, semoga saya bisa mengerjakan bagian dari hidup saya sebagai manusia, untuk lebih menjaga lingkungan saya. Agar semua makhluk hidup bisa hidup dengan baik.

NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMA SAMBUDDHASSA

--

--